Senin, 20 Juni 2011

PENERAPAN FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA DALAM KONTEKS KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

A. Penyusunan Persiapan Pembelajaran Matematika Berkaitan dengan Filsafat Pendidikan Matematika sesuai KTSP
Hal pertama yang dilakukan oleh pihak satuan pendidikan untuk menerapkan Filsafat Pendidikan dalam KTSP adalah harus mempersiapkan pengembangan komponen KTSP, yang mencakup: Visi dan Misi, Tujuan Pendidikan Satuan Pendidikan, Menyusun Kalender Pendidikan, Struktur Muatan KTSP, Silabus , dan RPP.
Selanjutnya yang harus dipersiapkan oleh setiap pendidik untuk menerapkan filsafat pendidikan matematika adalah membuat persiapan. Persiapan tersebut mencakup semua hal yang berhubungan dengan pendidikan dan pengajatran matematika sesuai tujuan yang sudah ditentukan. Setiap pendidik harus dapat membuat silabus pembelajaran. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Fil;safat Pendidikan matematika menjadi landasan dalam penyusunan silabus, dan secara terpadu meljadi landasan pendidikan dan pengajaran matematika secara utuh.

B Prinsip Pengembangan Silabus Matematika
1. Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
2. Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik.
3. Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
4. Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok/pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.
5. Memadai
Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
6. Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
7. Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.
8. Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).

C. Unit Waktu Silabus Matematika
1. Silabus mata pelajaran disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu yang disediakan untuk mata pelajaran selama penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan.
2. Penyusunan silabus memperhatikan alokasi waktu yang disediakan per semester, per tahun, dan alokasi waktu mata pelajaran lain yang sekelompok.
3. Implementasi pembelajaran per semester menggunakan penggalan silabus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia pada struktur kurikulum. Bagi SMK/MAK menggunakan penggalan silabus berdasarkan satuan kompetensi.

D. Pengembangan Silabus
Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/madrasah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) pada atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendikan.
1. Disusun secara mandiri oleh guru apabila guru yang bersangkutan mampu mengenali karakteristik peserta didik, kondisi sekolah/madrasah dan lingkungannya.
2. Apabila guru mata pelajaran karena sesuatu hal belum dapat melaksanakan pengembangan silabus secara mandiri, maka pihak sekolah/madrasah dapat mengusahakan untuk membentuk kelompok guru mata pelajaran untuk mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh sekolah/madrasah tersebut.
3. Di SD/MI semua guru kelas, dari kelas I sampai dengan kelas VI, menyusun silabus secara bersama. Di SMP/MTs untuk mata pelajaran IPA dan IPS terpadu disusun secara bersama oleh guru yang terkait.
4. Sekolah/Madrasah yang belum mampu mengembangkan silabus secara mandiri, sebaiknya bergabung dengan sekolah-sekolah/madrasah-madrasah lain melalui forum MGMP/PKG untuk bersama-sama mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh sekolah-sekolah/madrasah-madrasah dalam lingkup MGMP/PKG setempat.
5. Dinas Pendidikan/Departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama setempat dapat memfasilitasi penyusunan silabus dengan membentuk sebuah tim yang terdiri dari para guru berpengalaman di bidangnya masing-masing.

E. Langkah-langkah Pengembangan Silabus
1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana tercantum pada Standar Isi, dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di Standar Isi
2. keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran
3. keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antarmata pelajaran.
2. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran
Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi dasar dengan mempertimbangkan:
1. potensi peserta didik;
2. relevansi dengan karakteristik daerah;
3. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik;
4. kebermanfaatan bagi peserta didik;
5. struktur keilmuan;
6. aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;
7. relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan
8. alokasi waktu.

3. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.
a. Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.
1. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.
1. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran.
2. Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi.

4. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.

5. Penentuan Jenis Penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian:
1. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
2. Penilaian menggunakan acuan kriteria, yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
3. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan peserta didik.
4. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan.
5. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan.

6. Menentukan Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.

7. Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

Hal-hal yang Perlu diperhatikan dalam Pengembangan Silabus
1. Ruang lingkup mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SMA/MA meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
1. Logika
2. Aljabar
3. Geometri
4. Trigonometri
5. Kalkulus
6. Statistika dan Peluang.
2. Pengembangan silabus mata pelajaran matematika lebih diarahkan \kepada:
i. pemahaman konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.
ii. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
1. Pada kegiatan pembelajaran yang ada di silabus, siswa dituntut untuk terlibat secara lebih aktif dan guru sebagai fasilitator.
2. Kegiatan pembelajaran yang diarahkan pada ciri khas kedaerahan disesuaikan dengan ciri daerah setempat.
3. Alokasi waktu yang ada dalam silabus disesuaikan dengan situasi dan kondisi kegiatan belajar mengajar di sekolah masing-masing.
4. Pengembangan kompetensi dasar ke dalam indikator sangat tergantung pada materi dan kegiatan pembelajaran serta kreatifitas guru.
5. Contoh Pengembangan Silabus ini dirancang untuk siswa yang berkemampuan rata-rata. Satuan pendidikan dapat mengembangkan silabus dengan standar yang lebih tinggi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan satuan pendidikan.

Bagaimana KTSP dihubungkan dengan adanya UN (Ujian Nasional) yang diselenggarakan pemerintah sebagai penentu Kelulusan siswa.
Di Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dibuat sesuai kreativitas guru, dan kondisi muatan lokal sangat kontradiktif dengan penyelenggaraan ujian nasional (UN). berkualitas. Prinsip UN yang sentralistik, justru menghambat otonomi sekolah dalam mengembangkan kurikulumnya.
Hal itu dikemukakan pakar pendidikan dari Universitas Atma Jaya Jakarta M Marcellino PhD, dalam percakapan dengan Pembaruan, di Jakarta, Jumat (23/2). Menurut dia, KTSP merupakan paradigma baru dalam dunia pendidikan dan memberi tempat pada demokratisasi untuk penentuan kurikulum pendidikan yang sesuai dengan konteks komunitas di mana sekolah berada, konteks finansial, SDM, dan sebagainya dari sekolah yang bersangkutan.
KTSP juga menyesuaikan dengan konteks kultural di mana sekolah itu berada dalam komunitas tersebut. “Atas dasar ini, bobot mutu pendidikan yang direalisasikan pada suatu mata pelajaran tertentu, dari satu sekolah tertentu dengan kondisi finansial tertentu akan berbeda dengan sekolah lain di daerah lain dengan kondisi finansial yang lain pula,” katanya.
Kontradiksi antara KTSP dan UN, menurut Marcellino, menunjukkan bahwa KTSP digarap secara kurang integral. KTSP sangat berorientasi pada sekolah, sementara UN sentralistik.
KTSP hanya memuat dua kolom, yakni kolom standar kompetensi dan kompetensi dasar. Apalagi berbeda dengan Kurikulum 1994 atau Kurikulum 2004 yang masih memuat materi pokok yang akan diajarkan guru.
“Konsekuensinya, materi pokok yang dikembangkan sekolah sangat beragam. Perbedaan materi mungkin terjadi antarsekolah yang berada dalam satu desa, baik muatan maupun kedalaman materinya. Di sisi lain, butir soal UN mengukur muatan tertentu dan kedalaman materi yang sama di seluruh Indonesia,” katanya.
Dia mengatakan, menyusun soal UN yang merangkum berbagai perbedaan muatan dan kedalaman materi sehingga menjadi paket tes yang reliable, valid, dan adil sangat sulit. Oleh sebab itu, perlu mereformasi berbagai kebijakan pelaksanaan UN yang sejalan dengan KTSP.
Marcellino menerangkan, UN memberi makna standarisasi mutu pendidikan nasional yang nota bene berasal dari sekolah-sekolah yang mutunya secara signifikan berbeda-beda. Dia mencontohkan, sekolah di Maumere, Poso, atau di Papua, pada umumnya tentu memiliki perbedaan signifikan dari segi mutu bila dibandingkan dengan sekolah-sekolah yang ada di Jakarta.
“Sekolah yang dekat dengan pusat administrasi negara tentunya memperoleh informasi dengan sangat mudah dan bantuan pendidikan pun dengan mudah,” katanya.
Dijelaskan, Peraturan Mendiknas No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Pendidikan dan UU No 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan/SKL) menginisiasi kurikulum tingkat satuan pendidikan atau KTSP di Indonesia. “Alih-alih mereformasi KTSP, sekadar kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di mana pedoman dan alat ukur keberhasilannya tetap sentralistik. Berarti, secara substansial nuansa reformasi kurikulum tidak mampu memaknai otonomi pendidikan yang sebenarnya,” ujarnya.
Sudah rahasia umum, katanya, pendidikan keguruan di negeri ini tidak pernah menyiapkan guru dan sekolah menjadi pengembang kurikulum. Sementara dalam KTSP, guru harus mampu menafsirkan standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi indikator dan materi pembelajaran, sekaligus menentukan sendiri metodologi didaktisnya agar tercipta harmonisasi pembelajaran yang efektif dan efisien.

Kerdil Kreativitas
Marcellino menambahkan, lebih berbahaya lagi jika sekolah akhirnya menjiplak panduan yang ditawarkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Tujuan mulia KTSP pada akhirnya hanya akan melahirkan sekolah-sekolah instan, dan kerdil kreativitas.
Dikatakan, semua pihak sebaiknya juga mendukung usaha pemerintah untuk mendapatkan standardisasi pendidikan nasional. Hanya saja, perlu pembenahan-pembenahan terdahulu untuk sekolah-sekolah yang belum maju dan berada jauh dari sentra administrasi negara.
Sekolah-sekolah yang dianggap sudah memenuhi kriteria untuk standarisasi pendidikan nasional dapat memulai UN secara serentak. Namun, adalah kurang bijak bila sekolah-sekolah yang belum siap harus ikut UN juga.
Berbicara tentang mutu pendidikan, kata Marcellino, berbeda dengan pembicaraan mutu produk suatu industri. Dalam pendidikan dibutuhkan waktu yang cukup panjang untuk dapat mengetahui mutu dan kualifikasi lulusan.
”Mendorong semua sekolah di Tanah Air tanpa pandang bulu untuk ikut UN secara serentak tanpa memperhatikan kualifikasi SDM sekolah tersebut, fasilitas yang ada, dan sebagainya merupakan kebijakan yang kurang bijak,” katanya mengingatkan.

Terus Dikaji
Ditemui terpisah, Ketua Badan Standar Pendidikan Nasional Pendidikan (BSNP) Yunan Yusuf mengatakan, KTSP akan terus dikaji dan diharapkan pada 2009 semua sekolah sudah mampu menerapkannya. Untuk UN, akan disesuaikan dengan materi-materi pelajaran KTSP.
Dia menegaskan, UN masih relevan sebagai alat ukur pencapaian kualitas pendidikan nasional. Karena itu, tidak ada alasan bagi pemerintah untuk tidak mengadakan UN. “Meski UN menuai banyak kritik, namun pada kenyataannya UN merupakan faktor penting dalam menilai standar pendidikan nasional, sehingga UN tetap dilaksanakan,” katanya.
Untuk menepis keraguan banyak pihak mengenai kualitas UN, Yunan menerangkan, BSNP telah melakukan sejumlah kajian. Salah satunya adalah peningkatan kualitas soal UN dan adanya tim pemantau UN yang independen. “Tim pemantau sekaligus pengawas ini terdiri dari para dosen,” katanya.
Menyinggung apakah UN masih relevan diberlakukan di sekolah, dia menegaskan hasil kajian tim BSNP, UN masih sangat relevan diberlakukan. “Ini jelas-jelas untuk pemetaan kualitas pendidikan nasional. Kami juga telah membahas urgensi UN dengan berbagai nara sumber dan tim ahli pendidikan. Karena itu, guna meningkatkan kualitas pendidikan, ada berbagai standar yang harus dipenuhi. Misalnya, soal-soal yang berkualitas dan melibatkan tim pengawas yang independen. Masyarakat bahkan bisa memantaunya melalui situs BSNP. Di situ ada pemetaan kualitas sekolah,” katanya.

F. KESIMPULAN
Jean Piaget dalam Gardner (1993) menjelaskan teorinya mengenai perkembagan kognitif manusia. Psikologi Perkembangan Kognitif berakar dari Teori Kognisi, dan membicarakan perubahan-perubahan yang terjadi. Psikologi Perkembangan membicarakan perkembangan psikologis manusia, yang pada hakekatnya adalah tentang perubahan tingkah laku individu sepanjang masa hidup.
Menurut Psikologi Kognitif, aktivitas mental yang melibatkan perolehan, penyimpanan, pencarian dan penggunaan pengetahuan mencakup persepsi, memori, daya bayang, bahasa, penyelesaian masalah, reasoning dan membuat keputusan. Perkembangan Kognitif adalah perkembangan dari berbagai proses berpikir dan kemampuan intelektual termasuk atensi, memori, akademis dan pengetahuan sehari-hari, problem solving, daya bayang, kreativitas dan kemampuan manusia yang unik untuk mewakili dunia melalui bahasa. Perkembangan emosi dan sosial adalah perkembangan dari komunikasi emosional, pengertian diri, kemampuan untuk mengatur perasaan-perasaan, pengetahuan tentang orang lain, interpersonal skills, pertemanan, hubungan-hubungan intim, moral reasoning dan perilaku.
Piaget membicarakan tahapan perkembangan kognitif yang meliputi: 1) sensori motor, 2) pre-operational, 3) concrete operational, 4) formal operational.
Ada 3 isu penting yang berhubungan dengan studi bidang ini, yaitu : 1) isu nature vs nurture, 2) isu experience vs maturation, 3) isu kompetensi vs performance.
Menerapkan Filsafat Pendidikan dalam KTSP adalah harus mempersiapkan pengembangan komponen KTSP, yang mencakup: Visi dan Misi, Tujuan Pendidikan Satuan Pendidikan, Menyusun Kalender Pendidikan, Struktur Muatan KTSP, Silabus , dan RPP.
Sementara dalam KTSP, guru harus mampu menafsirkan standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi indikator dan materi pembelajaran, sekaligus menentukan sendiri metodologi didaktisnya agar tercipta harmonisasi pembelajaran yang efektif dan efisien.
KTSP akan terus dikaji dan diharapkan pada 2009 semua sekolah sudah mampu menerapkannya. Untuk UN, akan disesuaikan dengan materi-materi pelajaran KTSP
UN masih relevan sebagai alat ukur pencapaian kualitas pendidikan nasional.


Sumber:
http://imeldawildan.wordpress.com/2009/11/25/penerapan-filsafat-pendidikan-matematika-di-indonesia-dalam-konteks-ktsp/

Sabtu, 28 Mei 2011

Refleksi Tes Jawab Singkat Filsafat

Ø  Tingkatan dimensi dalam filsafat yaitu material, formal, normative, dan spiritual
Ø  Nama hantu dalam kelas RSBI adalah hantu Casablanca
Ø  Bagaimana kita dapat mengetahui sejarah filsafat yaitu melalui perjalanan imajiner
Ø  Transformasi dunia terikat oleh Ruang dan Waktu.
Ø  Menemukan dunia dalam pikiranku
Ø  Dalam menemukan dunia perlu subyek dan predikat
Ø  Dunia itu persis dengan apa yang ada dalam pikiranku
Ø  Filsafatnya yang menghasilkan Ilmu sintetik a priori adalah Criticism
Ø  Aku tidak mengetahui apapun, dialah Socrates
Ø  Cara berpikir kritis dengan cara terbang
Ø  Gelar Tertinggi Seorang Mencari Ilmu adalah Hanyalah Sebagai Saksi Keilmuannya.
Ø  Filsafatnya jatuhnya segala sifat yang satu kepada sifat yang lainnya adalah aksiden
Ø  Filsafatnya, orang yang hobinya menentukan nasib orang lain adalah Determinisme
Ø  Aku dan selain diriku juga filsafat
Ø  Penguasa dunia itu adalah Multifacet
Ø  Tengoklah dunia dalam pikiranmu, karena dunia itu persis dengan yang ada dalam pikiranmu
Ø  Dalam dialog terjadinya Infinite regress adalah saat debat kusir
Ø  Unsur dasar reduksi adalah abstraksi
Ø  Segala hal yang bersifat lengkap itu idealis
Ø  Anti filsafat itu juga Filsafat
Ø  Filsuf Tak Mampu Melarikan Diri
Ø  Membangun Dunia itu cukup dengan Hukum "Aku atau Bukan Aku" maka tertangkaplah semua Dunia beserta Isinya tanpa kecuali.
Ø  Dalam forum Tanya jawab, orang yang paling seksi di dunia adalah Obama
Ø  Orang yang paling berbahaya adalah determinis
Ø  Dalam forum Tanya jawab, pofesi surat pembaca adalah seorang guru SD
Ø  Dalam Forum Tanya Jawab, Permohonan Maaf Arogansi Filsafatku bahwa wujud arogansi kita terhadap filsafat adalah ketika kita menyebut nama filsuf tanpa diikuti dengan nama gelar.
Ø  Dalam Forum Tanya Jawab, Permohonan Maaf Atas Kesombongan Filsafatku karena selalu berfilsafat
Ø  Dalam Forum Tanya Jawab, Permohonan Maaf Atas Kemarahan Filsafatku karena selalu berfilsafat
Ø  Dalam Forum Tanya Jawab, Terungkapnya Misteri Gunung Super adalah terjadinya Danau Toba
Ø  Yang berdialog dalam filsafat adalah Pak Marsigit, Mahasiswa
Ø  Kita dapat melakukan perjalanan imajiner ketika membayangkan/berimajinasi
Ø  Hidup adalah pilihan, maka filsafatnya adalah Reduksionisme
Ø  Refleksi Tentang Orang yang Paling Berbahaya di Dunia
Ø  Burung berkicau di pagi hari menggambarkan inovasi
Ø  Jangkrik mengerik di sore hari menggambarkan tradisional
Ø  Tajam dan kejamnya reduksionism

Rabu, 11 Mei 2011

OOOHHH….. FILSAFAT KRITIS, OOOHHH….. IMMANUEL KANT

Ø  Bagaimana cara memahami ilmu melalui pendekatan filsafat?


Ontologi
Epistemologi
Aksiologi
Ontologi
Hakekat atas hakekat
Manusia berfilsafat mengetahui hakekat, maka kalimatku tak akan cukup.
Hakekat atas epistemologi
Kita hanya berusaha menggapainya. Epistemology itu cara. Dalam bukunya Geganner yang berjudul “Kebenaran Metode”, yang berarti berusaha secara ontology mengungkap metode. Benar salah itu epistemologi.
Hakekat atas aksiologi
Segala sesuatu merentang/berdimensi.
Contoh hakekat baik buruk: hakekat seseorang dengan orang lain berbeda pula.
Epistemologi
Epistemologi atas hakekat
Metode untuk menggapai hakekat adalah tarekat/metode. Metodenya menggali hakekat
Contoh: dalam islam adalah tarekat
Epistemologi atas epistemologi
Kebenaran metode. Untuk mengetahuinya, sebelumnya harus tahu hakekat epistemologi. Salah satu tingkatan dimensi dalam filsafat yaitu material kemudian formal lalu normative dan tingkat tertinggi adalah spiritual.
Epistemologi atas aksiologi
Metode untuk mengungkapkan baik buruk.
Contoh: Menurut Bahwasannya osama adalah kritik bagi penguasa.
Aksiologi
Aksiologi atas hakekat
Baik buruknya hakekat/aksiologinya hakekat.
Contoh: di masjid adalah hakekat Tuhan
Aksiologi atas epistemologi
Bagaimana cara mengungkapkan.
Contoh: minta uang kepada orang tua
Aksiologi atas aksiologi
Baik buruknya tentang baik buruk. Menyampaikan kebaikan dengan cara yang baik.
Contoh: ritual-ritual jawa, tebu = antebing kalbu.

Ontology: tentang yang ada-nya
Aksiologi: sifat dari yang ada-nya
Epistemology: yang menghubungkan antara onto dan aksiologi
Ø  Dimanakah batas pikiran kita itu?
Material → formal → normatif → spiritual
Tindakan → tulisan → pikiran → doa
Jadi batas pikiranku ada di dalam hatiku.
Berpikir prejudice yaitu yang mengembangkan pikiran tanpa percaya dalam hati adanya Tuhan.
Ø  Mitos dalam arti luas, dangkal, dan dalam?
Mitos dalam arti primitive.
Contoh: awas, pohon mangga itu ada yang menungguinya.
Belum tentu mitos itu tidak baik. Ketika mengajarkan kepada anak kecil adalah mitos tetapi ketika itu tidak bagi orang dewasa. Segala yang ada dan yang mungkin ada dapat menjadi mitos.
Ø  Apa yang membuat Pak Marsigit tertarik mempelajari filsafat?
Dari sekian banyak referensi, bagaimana Bapak mempelajarinya?
Dunia dapat dirangkum dalam satu kata “kritis”. Filsafat kritis oleh Immanuel Kant.
Bagimana cara mempelajarinya ya mengaitkan tesis, antithesis, dan sintesis. Tesis, antitesi, dan sintesis adalah hidupku sendiri, bagaimana mengaitkan komponen-komponen dalam hidupku.
Ø  Matematika netral?
2 + 3 = 5 benar jika netral terhadap ruang dan waktu.
2 ≠ 2 jika sudah dilekatkan dengan waktu. Karena 2 yang pertama berbeda dengan 2 yang kedua.
Ø  Tentang tema hantu di kelas RSBI?
Ingat elegy ritual ikhlas, yang bersih hatinya/semua terjaga dari hal kecil apapun.
Ø  Apakah ada bahasa yang terbaik di dunia ini untuk menjelaskan keagungan Tuhan?
Dalam islam, ketika kita menyebut nama-Nya, Allah dengan epistemology/cara yang baik.
Ø  Apakah khayalan tingkat tinggi adalah secara sadar/tidak sadar?
Sadar di dalam yaitu refleksi, sedangkan sadar di luar yaitu berkhayal.
Logika mempunyai pondamen, sedangkan berkhayal belum tentu.
Missal: berkhayal menjadi Presiden Obama.
Jika tidak sadar terhadap ruang dan waktu disebut gejala gila.
Ø  Bagaimana cara mensintesiskan antara pikiran, hati, dan dunia?
Sudah ada dalam elegy berdoa.
Ø  Seberapa besar peran dan pengaruh bahasa dalam filsafat?
Bahasa tidak lain tidak bukan adalah rumahku.
Bahasa tidak lain tidak bukan adalah pikiranku.
Maka bahasa adalah diriku sendiri. Bahasa adalah untuk menjelaskan filsafat. Bahasa adalah diriku sendiri yang tidak mampu mendefinisikan “adalah”. Sepanjang jaman orang berfilsafat menggunakan bahasa, ada tokoh bahasa, maka ada struktur bahasa. Jika struktur bahasa dikaitkan dengan struktur matematika, maka matematika tidak lain tidak bukan adalah bahasa.
Bahasa dalam filsafat jawa adalah sastra gending. Sastra adalah subyek, sedangkan gending adalah predikat.
Ø  Bahagia dan sedih?
Tergantung ruang dan waktu.

Rabu, 04 Mei 2011

PERTANYAANKU ILMUKU

Ø  Apakah setiap fenomena itu tetap/berubah?
Jika fenomena tetap maka termasuk pengikut Permenides, sedangkan jika fenomena berubah maka termasuk pengikut Heraclitos. Berubah dapat ditinjau dari berbagai macam hal baik apanya yang berubah maupun kapan berubah. Berubah juga terikat oleh ruang dan waktu dari yang ada dan yang mungkin ada.
Ø  Apakah yang dimaksud seksi?
Setiap elegy mempunyai semangat/spirit apa yang menjiwai. Sehingga yang dimaksud seksi adalah orang yang paling menarik perhatian yang dikaitkan dengan kuasa/mampu. Seksi juga relatif karena menurut pandangan orang berbeda-beda. Relatif terhadap ruang dan waktu.
Ø  Apa yang dimaksud dengan commentsurable?
Commentsurable adalah mengukur dengan ukuran yang sama/adil.
Contoh: mengukur sisi miring segitiga siku-siku dengan skala bilangan yang sama.
Sedangkan antonym dari commentsurable adalah incommentsurable yang memiliki kapasitas.
Contoh: petinju kelas bulu dengan kelas ringan, balapan motor 80cc dengan 90cc.
Ø  Apa pengaruh Hilbert dalam dunia matematika?
Hilbert berhasil membangun matematika serta struktur-strukturnya.
Ø  Apa implementasi landasan filsafat murni dalam pendidikan matematika?
Ada 3 pilar dapat masuk kemanapun dalam ranah lingkungan. Ketiga pilar tersebut adalah epistemology, ontology, dan aksiologi. Sehingga dapat mengetahui kualitas/tingkatan.
Contoh: Kualitas 2 dari papan tulis bisa terikat dan bisa apa saja.
                          Kualitas pendidikan maka muncul berbagai macam istilah terbawa oleh dunia bagai burung di pagi hari, jangkrik di sore hari.
Ø  Bagaimana tanggapan menurut elegy bertema hantu?
Pada level kita memikirkannya, tingkat operasional berbeda. Jika dikembalikan ke pikiran kita, hati berarti keyakinan spiritual kita. Jika kita tingkatkan ranah spiritual kita, maka berpikir baik maka baiklah. Kata-katamu, doamu, langkahmu adalah doamu.
Paradigma lama justru menghindari persoalan, sedangkan paradigm baru justru mengelola persoalan.
Ø  Pendidikan karakter di Indonesia?
Pendidikan karakter bersifat umum meliputi apa dan untuk siapa. Sehingga lebih ke berkontribusi untuk memikirkannya.
Ø  Apa yang dimaksud obyek formal dan material?
           Obyek formal berupa wadah, sedangkan obyek material berupa isinya.
Contoh: air dalam botol, maka botol adalah wadah sebagai obyek formalnya, sedangkan air adalah isi sebagai obyek materialnya. Selain itu, wadah sekaligus isi, maka botol adalah isi dari ruang kelas.
                 Filsafat pendidikan matematika, maka filsafat adalah sebagai wadahnya, sedangkan pendidikan matematika adalah sebagai isinya.
Ø  Antara teori dan praktek?
           Referensi didapat dari teori yang berisi tesis dan antithesis.
           Pengalaman didapat dari praktek.
           Hidup selalu menterjemahkan, belajar terus menerus tanpa henti.
Ø  Contoh dari karakter seorang penyopet banyak macamnya, diantaranya lupa, mudah ditipu, labil, dll. Adanya operasional menghasilkan kemerdekaan berpikir sehingga diurut dari sisi mereka.
Ø  Mengenai soal UNAS pemerintah telah mengaku tidak konsisten. Untuk surat terbuka, hal tersebut hanyalah suatu elegy seperti elegy yang lain.
Ø  Mengapa suatu yang kita pikirkan menjadi kenyataan?
Terang di dalam berpikir diekstensikan terang di dalam hati. Terang dalam hati adalah setinggi hati kita tidak ada jarak dengan Sang Pencipta. Ontology berpikir merupakan hakekat berpikir kita sehingga ada pengambilan keputusan yang merupakan tingkat tertinggi.
Intuisi adalah pengalaman. Jadi sesuatu yang kita pikirkan akan menjadi kenyataan karena intuisi.
Ø  Apakah yang dimaksud dengan imajiner?
Imajiner berasal dari kata imajine yang berarti membayangkan. Jadi ketika tidak tidur terbebas dari imajiner.
Ø  Duluan yang mana yang ada dan yang mungkin ada?
Misal: Aku berpikir tentang suatu gambar yang akan digambarkan yang tidak diketahui oleh orang lain. Mereka tidak dapat membaca pikiranku dan apa yang mereka pikirkan belum tentu sama dengan yang aku pikirkan. Kemudian apa yang aku pikirkan tentang gambar tersebut aku gambarkan. Gambaran itu ada bagiku dan mungkin ada bagi mereka. Sehingga duluan ada daripada yang mungkin ada.
Dengan kata lain, mengungkap apa yang tidak layak bagi orang lain untuk diungkap.
Ø  Hermeneutika yang berarti menterjemahkan. Penulis hermeneutika adalah Hebermas.